klik saja

Sejarah dan Biografi Immanuel Kant

Posted by

Pandangan Filsafat Immanuel Kant

Immanuel Kant lahir di Koeningsbergen Jerman pada tahun 1724. Mencari nafkah sebagai guru dan pada tahun 1770 Immanuel Kant diangkat menjadi mahaguru di Universitas setempat. Menulis pelbagai buku tentang macam-macam pokok dan dianggap sebagai orang terakhir yang masih mengerti seluruhnya dari perbendaharaan ilmiah. Buku utama Kritik der Reinen Vernunft diterbitkan pada tahun 1781. Seperti Descartes dan kaum Empiris, juga Immanuel Kant berusaha mendasarkan pengetahuan manusia dengan menentukan batas-batas legitimitas pengetahuan kita dan membersihkan ilmu pengetahuan dari tulisan-tulisan yang tidak wajar tentang pelbagai pokok yang tidak bisa diketahui. Problem utama ialah soal tentang kebenaran. Yang dikritik oleh Immanuel Kant ialah pendapat penyesuaian pengetahuan dan dunia yang merupakan suatu keputusan: Keputusan itu kalau isinya sesuai dengan keadaan di dunia luar.
Kaum rasionalis menerima pendapat itu dengan menjelaskan bahwa pikiran kita berkembang secara logis mulai dari idea innata (ide-ide yang sudah ada waktu kita lahir), sehingga terjadi kemungkinan bagi suatu pengetahuan universal dan a priori. Orang Empiris seperti Hume mengajar bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman dengan konsekuensi tidak ada pengetahuan universal yang tidak mungkin tidak ada dengan skeptisisme sebagai akibat.
Immanuel Kant harus menyetujui pendapat Hume bahwa banyak pengetahuan terjadi dari gabungan a posteriori dari dua pengertian misalnya salju dicairkan dalam sinar matahari yang panas. Kalau pendapat orang rasionalis benar (ada pengetahuan universal a priori), kita harus menarik kesimpulan adanya pengetahuan analitis (apriori) di mana sebutan terdapat dalam pokok seperti „piano ialah alat musik”. Tapi dengan pikiran itu pengetahuan tidak maju.
Menurut Immanuel Kant harus dikatakan bahwa pikiran (menarik kesimpulan) dari ilmu hitung bersifat sintetis dalam pokok Immanuel Kant 7 + 5 tidak terdapat sebutan 12 karena 12 tidak terdapat dalam pengertian lima atau tujuh. Juga keputusan dari geometria dan ilmu alam dianggap Immanuel Kant sebagai keputusan a posteriori. Tujuan Kant ialah membuktikan bahwa pengetahuan ilmiah ialah pengetahuan pasti (tuntutan kaum rasionalis) dan tidak bisa disangsikan. Keputusan geometria, aritmetika dan ilmu alam hanya pasti kalau berbentuk a priori. Tujuan Immanuel Kant ialah menjelaskan kemungkinan adanya keputusan sintesis a priori. Kalau pengetahuan kita selalu dan seratus persen menyesuaikan diri pada dunia luar (pengamatan, pengetahuan a posteriori) tidak terjadi kemungkinan adanya pengetahuan a priori. Kalau ada pengetahuan a priori (dan itu harus diterima menurut Kant) benda-benda, obyek pengetahuan kita) harus menyesuaikan dengan corak intuisi kita: kita tidak tahu lebih banyak dari benda-benda daripada apa yang dimasukkan oleh kita ke dalam benda- benda itu. Kebenaran bukan penyesuaian pengetahuan dengan dunia, melainkan penyesuaian dunia dengan pengetahuan kita. Hal itu disebut Immanuel Kant sebagai suatu revolusi dalam filsafat yang dapat diperbandingkan dengan revolusi Kopernik dalam ilmu geofisika.
Bagaimana .Immanuel Kant menjelaskan kemungkinan adanya keputusan sintetis a priori ? Untuk tujuan itu Kant harus menganalisa baik pengamatan maupun pengertian. Kalau obyektivitas (pengetahuan mengenal dunia luar kita) tergantung dari daya mengenal memang jelas bahwa setiap epistemologi harus mempelajari daya mengenal itu. Itulah suatu studi dari hal a priori, sang epistemolog hanya mempelajari benda-benda (obyek-obyek) atau hal a posteriori hanya sebagai hal yang tergantung dari daya mengenal itu. Suatu studi yang menjelaskan syarat-syarat yang memungkinkan pengetahuan kita. Itu disebut Immanuel Kant penyelidikan transendental. (Transendental ialah menurut Kant semua pengetahuan yang tidak meninjau benda-benda melainkan mempelajari hal mengenal a priori dari benda-benda itu. Suatu sistem dari pengertian-pengertian semacam itu disebut Filsafat transit dental). Pengetahuan kita mempunyai dua sumber: aktivitis pancaindera dan daya mengerti.
Sejarah dan Biografi Immanuel Kant

Pengetahuan kita mulai dengan pengamatan tapi tidak (seperti dikatakan kaum Empiris) berasal dari pengamatan. Pengamatan ialah suatu gejala yaitu kita dirangsang dalam intuisi oleh benda-benda: pencarapan pancaindera oleh benda-benda disebut sensation. Pencarapan itu dalam penghayatan menjadi bahan untuk intuisi inderawi. Hal itu semacam sense data diberikan dan tidak tergantung dari kita. Sense data itu ialah suatu hal tanpa kesatuan atau corak semacam awan atom-atom tanpa ruang atau waktu: kalau menyesuaikan diri pada daya mengenal kita banyak hal disusun menjadi suatu bentuk, suatu kesatuan. Bentuk intuisi kita ialah bentuk murni, (forma pura), bentuk ini ialah waktu (inner sense) dan ruang (outer sense). Ruang dan waktu bukan pengertian di dalam daya mengerti. Pengertian ,jangan" tetap sama untuk tangan kiri dan tangan kanan meskipun dua tangan tidak bisa mengganti satu yang lain. Paradoks dari simetri benda-benda dalam ruang membuktikan bahwa dalam simetri kita mendapat sesuatu yang tidak tergantung dari pengertian.
Waktu dan ruang juga bukan hal yang diamati karena pengamatan dilakukan dalam ruang dan waktu.
Jadi ruang dan waktu ialah bentuk dari pengamatan, atau dengan kata lain ruang dan waktu ialah syarat yang harus dipenuhi supaya pengamatan menjadi mungkin. Setiap benda sebagai hal yang diberikan dalam pengamatan tidak bisa diamati dengan cara lain daripada di dalam ruang waktu. Hal mana juga berlaku kalau saya mengamati diri saya sendiri sebagai benda fisik (badan). Kesimpulannya ialah bahwa saya tidak bisa mengenal benda-benda dengan langsung tapi hanya sebagai hal yang menampakkan dirinya, atau dalam bahasa asing sebagai fenomenon. Bentuk dari pengamatan (syarat kemungkinan) memberi kesatuan pada banyaknya dari unsur-unsur penghayatan. Meskipun saya mengalami fenomenon-fenomenon hanya berhubung dengan kesatuan, toh benar bahwa fenomenon-fenomenon berbeda-beda satu dengan yang lain.
Karena itu dalam pikiran kita ada dua jalan :
Pertama, berpikir ialah memusatkan; artinya memberi kesatuan pada suatu pengertian berhubung dengan pengertian lain. Misalnya piano ini hitam atau piano ialah alat musik. Ada berbagai bentuk pikiran dengan bermacam-macam keputusan. Macam-macam keputusan itu disebut Immanuel Kant kategori-kategori dan menurut dia jumlahnya duabelas, diantaranya kategori sebab musabab.
Kedua, kita melihat bahwa bayangan-bayangan saya menjadi kesatuan hanya sebagai bayangan-bayangan diri saya: karena itu dapat dikatakan bahwa pikiran menjadi mungkin karena ada suatu sintesa murni yang saya mengerti, suatu apersepsi yang asli dan tidak empiris yang disebut Descartes "Cogito" atau gejala bahwa saya berpikir. Berdasar pertimbangan-pertimbangan ini Immanuel Kant mengkonstitusikan deduksi transendental dari kategori-kategori. Pikiran hanya mungkin karena kategori-kategori dipakai untuk menyatakan sense data (bahan indriawi), aplikasi kategori pada sense data terjadi berdasar imajinasi transendental. Immanuel Kant menarik kesimpulan bahwa tanpa pengertian kita tidak mengenal apa-apa (bayangkan tanpa pengertian buta) dan juga tidak mengenal apa-apa tanpa bahan inderawi (pengertian tanpa bayangan memang kosong). Untuk menjelaskan perbedaan antara pengertian dan bayangan, kita bisa ingat keadaan kita waktu bangun pagi sesudah tidur, atau waktu menjadi sadar sesudah ingat keadaan kita waktu bangun pagi sesudah tidur, atau waktu menjadi sadar sesudah pingsan. Kita sebentar melihat "ada sesuatu sebelah tempat tidur" (bayangan) dan dengan segera ingat itulah "ibuku" (pengertian).
Pokok lain yang dibahas Immanuel Kant ialah akal manusia (ver-nunft) dan dialektika transendental.
Kemungkinan pikiran manusia berdasar tiga macam sintesa:
sintesa dari penghayatan (pencarapan) dalam pengamalan, sintesa dari reproduksi di dalam pembayangan, sintesa dari mengenal sesuatu di dalam pengertian.
Hal mengerti terjadi dalam keputusan (propositio), menggabungkan dua pengertian, sedang gabungan dari sejumlah keputusan disebut penarikan kesimpulan (pikiran, akal problem solving dan lain-lain). Akal berhubungan dengan pengamatan, kedua-duanya ialah penyatuan.
Ada tiga macam penarikan kesimpulan : kategoris (silogisme biasa) hipotetis (satu premisse ialah premisse hypotesis) disyunktip (satu premisse ialah premisse disyunktip).
Kesatuan dari penarikan kesimpulan terdiri dari menempatkan suatu kesimpulan di bawah suatu keputusan umum (premisse). Misalnya: semua orang harus mati, si Didi ialah seorang manusia, karena itu si Didi akan mati. Aktivitas sintetis dari penarikan kesimpulan ialah pencarian syarat dari keputusan. Aktivitas sintetis ini menghasilkan kadang- kadang suatu illusi (penipuan) sehingga manusia ditipu oleh akalnya sendiri. Hal itu menjadi jelas dalam dialektika transendental..
Dialektika transendental disebut transendental karena juga disini logika menjadi syarat a priori untuk kemungkinan pengetahuan. Kalau rasio mencari syarat dari konklusi rasio sebetulnya mencari syarat dari syarat dan naik sampai mencapai suatu hal yang tidak disyaratkan lagi yaitu suatu prinsipium yang tidak hipotetis lagi. Principium semacam itu ialah kesatuan absolut dari Ego yang berpikir (jiwa) dari rasio Hypotetis principium itu, ialah kesatuan absolut dari suatu deret syarat-syarat dari fenomena (dunia) dan bagi rasio disyunktip kesatuan absolut dari syarat-syarat bagi semua hal yang dipikirkan pada umumnya (Allah). Ada tiga ide dari rasio yaitu Ego, Alam dan Tuhan.
Ide-ide tersebut tidak mungkin tidak ada dan berguna di bidang transendental. Tipuan (illusi) terjadi kalau Ide itu dipakai secara transendent. Orang melampaui pengalaman dan menciptakan suatu ilmu jiwa rasional (pengetahuan tentang jiwa yang dianggap sebagai hal yang ada), suatu kosmoioni rasional (dunia) dan suatu ilmu ketuhanan (theo- docea). Dan terjadi penarikan kesimpulan yang menipu di tiga bidang itu. Di bidang ilmu jiwa terjadi paralogismen (pengertian dipakai empiris dan metempiris) antinomi-anti- nomi dari kosmologi (dibuktikan bahwa alam mempunyai permulaan dan tidak mempunyai permulaan, mempunyai sebab dan tidak mempunyai sebab, manusia makhluk bebas dan tidak bebas) sedang di bidang theodices kita mendapat piki.ran-pikiran yang membuktikan adanya Tuhan padahal keadaan itu tidak bisa dibuktikan. Rasio berkelahi dengan dirinya sendiri, itu terjadi karena idee-idee transendental (Allah, Ala, Jiwa) bisa dipakai sebagai ide regulatip dalam aktivitas Rasio yang menyusun pikiran kita sedang orang juga memakai Ide itu dengan tidak syah supaya mengenal realitas di luar diri kita sendiri.
Masih ada satu hal yang harus dijelaskan tentang filsafat Immanuel Kant supaya kita mengerti perhubungan filsafat itu dengan idealisme dan realisme. Hal itu bisa mulai dengan pertanyaan apa yang dimaksudkan Immanuel Kant dengan istilah Das Ding an sich? Dalam pengamatan perbedaan fenomenon dan benda rupanya sama dengan perbedaan antara dua realitas. Pengamatan membatasi pengetahuan yang tidak bisa melampaui pengamatan sendiri dan mencapai benda diluar kita sedang tanpa sense data kita tidak bisa mengenal apa-apa dengan memakai kategori-kategori. Dengan memakai kategori kita hanya bisa mengenal benda pada umumnya tapi bukan salah satu benda yang khusus. Pengamatan yang dibentuk oleh kategori-kategori melebihi kategori-kategori itu sehingga hal yang nampak menampakkan dirinya sebagai hal yang kebetulan dan bentuk yang lain memang mungkin. Dengan menyebut fenomenon dengan nama noumenon hal mengerti menampakkan diri sebagai hal yang membatasi pengamatan dan benda-benda tidak lagi dianggap sebagai fenomenon saja. Noumenon ialah benda sebagai hal yang tidak diberikan sesuai cara mengamati kita. Pengertian noumenon ialah pengertian batas (Grenzbegriff). Pengamatan menjadi mungkin karena mengerti dan mengamati membatasi satu yang lain dan hal itu dijelaskan dengan istilah noumenon.
Berdasar teori tentang noumenon dan fenomenon menjadi nyata adanya hukum-hukum alam di dunia kita yang tidak bisa disangkal. Ada hukum-hukum alam karena kita mengkonstitusikan fenomenon-fenomenon sesuai dengan aturan-aturan dari pengetahuan kita. Tapi dalam pengetahuan itu pengalaman muncul sebagai hal yang tidak lengkap dan kurang sempurna: segala hal yang diketahui dalam penghematan ialah hal yang bersyarat dan kebetulan sehingga setiap hukum ialah hukum empiris yang dibuat berdasar induksi.
Das Ding an sich ialah suatu ide dari suatu hukum yang tidak bersyarat dan yang mengkonstitusikan pengamatan sebagai sistem. Jelaslah bahwa filsafat Immanuel Kant ialah suatu idealisme yang transendental karena mengada sama dengan mengetahui sedang filsafat itu juga bisa disebut suatu empirisme karena Kant berpendapat bahwa kita mengenal fenomena sesuai dengan hal mengada dari fenomena itu.
Seperti itulah sejarah dan biografi Immanuel Kant., Semoga dapat berguna dan bermanfaat untuk pembaca. Semangat belajar dan selau ikuti http://sistempengetahuansosial.blogspot.com/


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Sistempengetahuansosial Updated at: 2:30:00 PM

Cari di Google