Sejarah dan Biografi Gottfried Wilhelm Leibniz
Gottfried Wilhelm Leibniz atau biasa disapa Leibnitz atau Von Leibniz lahir 1746 di kota Leipzig. Beliau membuat sistem metafisik terakhir sebelum mulainya Filsafat Pencerahan. Leibniz diilhami renungan-renungan Descartes. Dia belajar di Leipzig (filsafat), ikut kuliah ilmu pasti di Jena, hukum di Altdorf dan mempelajari matematika Pascal di Paris. Bertemu di London dengan Boyle dan di Holland bertukar pikiran dengan Spinoza. Leibniz mendasarkan calculus (differensial) bersama Newton tapi tak tergantung dari dia. Bergerak di bidang politik, berusaha mendamaikan Katolik dengan Protestan. Akhir Abad ketujuhbelas Gerhard mencoba mengumpulkan tulisan-tulisan Leibniz yang sangat banyak itu sehingga mengisi 14 jilid tebal. Leibniz meninggal di Hannover sendirian dan dilupakan teman-temannya.
Orang tua Gottfried Wilhelm Leibniz, terutama ayahnya Friedrich Leibniz sudah dari awal
mendidik Leibniz karena rasa ketertarikannya terhadap masalah-masalah yuridis dan
falsafi. Ayahnya Friedrich Leibniz merupakan seorang ahli hukum dan profesor dalam bidang
etika dan ibu dari Gottfried Wilhelm Leibniz adalah putri seorang ahli hukum pula. Gottfried Wilhelm Leibniz
telah belajar bahasa Latin dan bahasa Yunani pada usia 8 tahun berkat
kumpulan buku-buku ayahnya (Friedrich Leibniz) yang luas. Pada usia 12 tahun Gottfried Wilhelm Leibniz telah
mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol
matematika.
Gottfried Wilhelm Leibniz adalah seorang filsuf Jerman yang berasal dari Sachsen dan merupakan keturunan Sorbia. Gottfried Wilhelm Leibniz terkenal karena faham Théodicée yang berpendapat bahwa manusia hidup dalam
dunia yang sebaik mungkin karena dunia ini diciptakan oleh Tuhan Yang
Sempurna. Faham Théodicée ini menjadi terkenal karena dikritik dalam
buku Candide karangan Voltaire.
Gottfried Wilhelm Leibniz, Selain seorang filsuf Leibniz adalah ilmuwan, diplomat, fisikawan, matematikawan, sejarawan dan doktor dalam hukum gereja dan hukum duniawi. Gottfried Wilhelm Leibniz dianggap sebagai Jiwa Universalis dizamannya dan merupakan salah seorang filsuf yang paling berpengaruh pada abad ke-17 dan ke-18. Sumbangsihnya kepada subyek yang begitu luas tersebar di banyak jurnal dan puluhan ribu surat serta naskah manuskrip yang belum semuanya diterbitkan.
Gottfried Wilhelm Leibniz, Selain seorang filsuf Leibniz adalah ilmuwan, diplomat, fisikawan, matematikawan, sejarawan dan doktor dalam hukum gereja dan hukum duniawi. Gottfried Wilhelm Leibniz dianggap sebagai Jiwa Universalis dizamannya dan merupakan salah seorang filsuf yang paling berpengaruh pada abad ke-17 dan ke-18. Sumbangsihnya kepada subyek yang begitu luas tersebar di banyak jurnal dan puluhan ribu surat serta naskah manuskrip yang belum semuanya diterbitkan.
Sampai sekarang masih belum ada edisi lengkap mengenai tulisan-tulisan
Leibniz dan dengan ini laporan lengkap mengenai prestasinya belum dapat
dilakukan.
Tulisan-tulisannya begitu banyak sehingga sulit memberi suatu sinopsis yang tepat. Dia berpendapat bahwa dunia harus dilihat dari pelbagai sudut dan hanya Tuhan melihat kfesatuan dari pendekatan-pendekatan itu. Begitulah juga pikiran Leibniz menampakkan diri sebagai sistem dari pelbagai sistem dan dapat dipelajari dari pelbagai sudut. Ada satu tema yang mempersatukan pekerjaannya yaitu kritik terhadap Descartes. Descartes yang mencari dasar pikiran dalam Cogito sehingga manusia tidak bisa mencapai universalitas. Juga metoda keragu-raguan dari Descartes ditolak I cilmiz. Kebenaran rasional berasal dari principium identitalis dan kebenaran a posteriori berasal dari pertemuan pikiran dan banyaknya benda-benda yang khusus. Ujian kebenaran letaknya dalam koherensi pikiran sehingga Leibniz merasa dipanggil mencari suatu logika universalis semacam bahasa umum dan ilmu pengetahuan universal yang bisa menjawab secara logis semua persoalan dengan merumuskan semua kebenaran berdasarkan aksiomata. Dia menolak empirisme ekstrim dan berpendapat bahwa pengetahuan apriori mungkin, sedang lain dari pada Descartes dia menerima kemungkinan pengetahuan tentang ketakterbatasan alam dan dunia. Adanya Tuhan dapat dibuktikan dengan penarikan kesimpulan tidak karena pengertian keallahan mengandung eksistensi tapi juga karena tingkat-tingkat perkembangan universum membutuhkan suatu dasar yang tidak didasarkan, hal itu nyata berdasar prinsipium rationis sufficientis: segala hal yang ada perlu mempunyai dasar dari adanya. Roh illahi mengandung semua kebenaran kekal pada hal roh itu bisa mengerti semua essensi yang mungkin dan semua kombinasi yang perlu supaya ada dunia. Kemauan bebas ilahi menciptakan dunia sesuai dengan aturan dari the best possible world, dasar optimisme Leibniz. Allah menjadi sumber baik semua essensi maupun semua eksistensi. Hal mengada ialah hal mengada dari substansi-substansi yang jumlahnya tak terbatas, Setiap substansi mengandung sifat-sifatnya, interpretasi ontologis dari Inherensi logis subyek pada sebutan. Allah menentukan apakah substansi akan menjadi substansi sederhana atau majemuk. Semua pengamatan dan semua perubahan berasal dari suatu prinsip yang intern: alam terdiri dari,automata dan karena itu badan tidak mempengaruhi jiwa. Aturan dunia berasal dari harmonis prestabilita suatu aturan yang mengatur perkembangan dari dalam sehingga segala hal cocok san sesuai universum.
Setiap substansi mempunyai sifat sifat tak terhingga hanyak dan berdasar sifat-sifat itu substansi yang satu berbeda dengan substansi lain. Kesulitan dari sistem Leibniz ialah bahwa kemerdekaan manusia tidak bisa diterima dan diterangkan. Caesar harus menyeberangi Rubicon karena itu terdapat dalam essensinya pada hal dia juga bisa menolak hal itu sebagai manusia bebas.
Tulisan-tulisannya begitu banyak sehingga sulit memberi suatu sinopsis yang tepat. Dia berpendapat bahwa dunia harus dilihat dari pelbagai sudut dan hanya Tuhan melihat kfesatuan dari pendekatan-pendekatan itu. Begitulah juga pikiran Leibniz menampakkan diri sebagai sistem dari pelbagai sistem dan dapat dipelajari dari pelbagai sudut. Ada satu tema yang mempersatukan pekerjaannya yaitu kritik terhadap Descartes. Descartes yang mencari dasar pikiran dalam Cogito sehingga manusia tidak bisa mencapai universalitas. Juga metoda keragu-raguan dari Descartes ditolak I cilmiz. Kebenaran rasional berasal dari principium identitalis dan kebenaran a posteriori berasal dari pertemuan pikiran dan banyaknya benda-benda yang khusus. Ujian kebenaran letaknya dalam koherensi pikiran sehingga Leibniz merasa dipanggil mencari suatu logika universalis semacam bahasa umum dan ilmu pengetahuan universal yang bisa menjawab secara logis semua persoalan dengan merumuskan semua kebenaran berdasarkan aksiomata. Dia menolak empirisme ekstrim dan berpendapat bahwa pengetahuan apriori mungkin, sedang lain dari pada Descartes dia menerima kemungkinan pengetahuan tentang ketakterbatasan alam dan dunia. Adanya Tuhan dapat dibuktikan dengan penarikan kesimpulan tidak karena pengertian keallahan mengandung eksistensi tapi juga karena tingkat-tingkat perkembangan universum membutuhkan suatu dasar yang tidak didasarkan, hal itu nyata berdasar prinsipium rationis sufficientis: segala hal yang ada perlu mempunyai dasar dari adanya. Roh illahi mengandung semua kebenaran kekal pada hal roh itu bisa mengerti semua essensi yang mungkin dan semua kombinasi yang perlu supaya ada dunia. Kemauan bebas ilahi menciptakan dunia sesuai dengan aturan dari the best possible world, dasar optimisme Leibniz. Allah menjadi sumber baik semua essensi maupun semua eksistensi. Hal mengada ialah hal mengada dari substansi-substansi yang jumlahnya tak terbatas, Setiap substansi mengandung sifat-sifatnya, interpretasi ontologis dari Inherensi logis subyek pada sebutan. Allah menentukan apakah substansi akan menjadi substansi sederhana atau majemuk. Semua pengamatan dan semua perubahan berasal dari suatu prinsip yang intern: alam terdiri dari,automata dan karena itu badan tidak mempengaruhi jiwa. Aturan dunia berasal dari harmonis prestabilita suatu aturan yang mengatur perkembangan dari dalam sehingga segala hal cocok san sesuai universum.
Setiap substansi mempunyai sifat sifat tak terhingga hanyak dan berdasar sifat-sifat itu substansi yang satu berbeda dengan substansi lain. Kesulitan dari sistem Leibniz ialah bahwa kemerdekaan manusia tidak bisa diterima dan diterangkan. Caesar harus menyeberangi Rubicon karena itu terdapat dalam essensinya pada hal dia juga bisa menolak hal itu sebagai manusia bebas.
Seperti itulah sejarah dan biografi dari Gottfried Wilhelm Leibniz. Salam belajar dan selalu ikuti http://www.sistempengetahuansosial.com/