Bagaimanakah Pengembangan Ilmu Pengetahuan?
Kali ini dalam sistem pengetahuan sosial, kita akan mempelajari pengembangan ilmu pengetahuan, dan sejarah pengembangan ilmu pengetahuan. kami berharap semoga artikel ini dapat berguna dan bermanfaat untuk pembaca. Selamat membaca artikel pengembangan ilmu pengetahuan di bawah ini.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia sebagian berkaitan dengan realita. Menurut Babbie (1983), realita dibedakan kedalam dua macam, yaitu: 1) realita kesepakatan, dan 2) realita pengalaman. Realita kesepakatan mengandung pengertian, bahwa sesuatu dianggap sebagai realita, karena orang-orang pada umumnya menganggap demikian. Adapun realita pengalaman mengandung pengertian bahwa sesuatu dianggap sebagai realita bila seseorang secara langsung mengalaminya.
Pengetahuan yang berhubungan dengan motivasi adalah contoh dari pengetahuan tentang realita yang termasuk pada realita kesepakatan. Realita semacam ini tidak tampak wujud atau substansinya. Keberadaannya hanya dapat dikenali setelah bukti-bukti tentang adanya motivasi dapat ditemukan, namun bukti-bukti itu pun sifatnya tidak menyentuh langsung substansi realita itu. Berdasarkan bukti-bukti terkait disepakati adanya faktor dalam diri seseorang yang mendorong orang yang bersangkutan bertingkah laku yaitu motivasi. Realita seperti ini berbeda dengan realita pengalaman. Realita tentang tembaga sebagai konduktor atau penghantar arus listrik, misalnya, dapat dibuktikan dengan mengalaminya langsung misalnya dengan mencoba. Pengetahuan tentang realita seperti ini termasuk dalam kategori realita pengalaman.
Sejarah pengembangan ilmu pengetahuan bisa ditelusuri kebelakang dari sejarah tentang upaya manusia memperoleh pengetahuan. Meskipun ada perbedaan pandangan dalam membuat periodisasi sejarah pengembangan ilmu pengetahuan namun bila disimak secara seksama bisa disimpulkan, bahwa periode penggunaan data empirik yang kini telah berkembang menjadi metode ilmu pengetahuan merupakan salah satu mata rantai dari sejarah itu. Aguste Comte menyebutkan periode ini dengan periode positif. Sebagaimana sejarah peradaban dan kebudayaan manusia yang secara umum terus berkembang dan mengalami proses evolusi dari sederhana menuju kepada yang lebih kompleks dan canggih, sejarah penemuan ilmu pengetahuan pun demikian pula. Namun, tujuan utamanya dari waktu ke waktu tetap sama, yaitu menemukan ilmu pengetahuan ilmiah (Ali, 1998) [Pengembangan Ilmu Pengetahuan].
Dalam perspektif perkembangan upaya manusia menemukan pengetahuan, ilmu pengetahuan dapat dipandang sebagai kulminasi dari perkembangan itu. Penelusuran kembali terhadap sejarahnya bisa membawa kita pada kesimpulan tentang besamya peran para filsuf dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Ini terutama karena pada hakekatnya ilmu pengetahuan maupun metodenya berhulu pada hasil karya mereka dalam memahami alam semesta.
Berbagai cabang ilmu pengetahuan terdiri dari sekumpulan fakta, konsep, generalisasi, hukum, dan teori. Cabang-cabang ilmu pengetahuan itu dibangun berdasarkan temuan yang diperoleh melalui berbagai penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah telah digunakan sejak dahulu, yakni sejak upaya penemuan ilmu pengetahuan melalui pencarian bukti-bukti empirik mulai dilakukan. Pada mulanya metode yang digunakan dalam penelitian ilmiah hanya melibatkan penggunaan teknik, alat pengumpul data dan metode analisis data yang masih sederhana. Dewasa ini metode-mctode dalam penelitian ilmiah lebih canggih dan lebih andal sehingga memberi sumbangan yang lebih besar kepada perkembangan berbagai cabang ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pengembangan ilmu pengetahuan bermula dari upaya-upaya tradisional yang dilakukan oleh manusia dalam menemukan pengetahuan. Perjalanan panjang upaya menemukan ilmu pengetahuan ini erat kaitannya dengan perkembangan metode-metode yang digunakan. Untuk memahami keterkaitan antara penemuan pengetahuan, ilmu pengetahuan dan metode penemuan ilmu pengetahuan disini dibahas keterkaitan tersebut. [Pengembangan Ilmu Pengetahuan]
Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia adakalanya bersumber dari pengalaman dan adakalanya dari pikiran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca indera, intuisi, ataupun kata hati. Adapun yang bersumber dari pikiran adalah pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman sering kali dicerna melalui pikiran. Proses pencernaan itu ada yang bersifat sederhana seperti mencerna informasi yang bersifat verbal, atau yang lebih kompleks, seperti memecahkan masalah atau melakukan strategi kognitif. Dapat pula dikatakan bahwa pikiran merupakan muara bagi sumber-sumber pengetahuan.
[Pengembangan Ilmu Pengetahuan] Ilmu Pengetahuan tentang alam semesta dan dunia empirik yang dicapai manusia berkembang dari zaman ke zaman. Ilmu Pengetahuan itu dicapai dengan upaya menggunakan berbagai pendekatan. Ditilik dari pendekatan yang digunakan, secara garis besar ilmu pengetahuan tentang alam dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu: 1) Akal sehat atau common sense dan 2) Ilmu pengetahuan (Kerlinger, 1973). Kedua jenis ilmu pengetahuan ini berbeda, karena di satu pihak ilmu pengetahuan merupakan akal sehat yang sistematis dan pengembangannya dilakukan secara terkontrol, sedangkan akal sehat merupakan serangkaian konsep dan skema konsep yang hanya dapat memenuhi kebutuhan praktis.
Akal sehat dikatakan juga sebagai teori yang bersifat filosofis (Tuckman. 1979). Karena keberadaannya tidak memiliki ciri sebagaimana yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan, akal sehat kadang-kadang dianggap tidak sesuai bila ditinjau dari sudut pandangan ilmu pengetahuan modern (Kerlinger, 1973). Sebagai contoh, sampai akhir abad kesembilan belas para pendidik berpandangan bahwa hukuman (punishment) merupakan alat utama dalam pendidikan. Dewasa ini ditemukan bukti-bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa penghargaan (reward) lebih efektif digunakan sebagai alat pendidikan.
[Pengembangan Ilmu Pengetahuan] Ada tiga hal yang secara jelas membedakan antara ilmu pengetahuan dan akal sehat. Pertama, ilmu pengetahuan merupakan skema konsep dan struktur teori yang jelas, tersusun secara sistematis, dan telah teruji konsistensi internalnya, sehingga lebih mendekati realita; sedangkan akal sehat tidak demikian. Kedua, teori-teori dan hipotesis-hipotesis yang bersumber dari ilmu pengetahuan teruji secara empirik, sedangkan yang bersumber dari akal sehat hanya teruji secara subjektif. Ketiga, dalam meneliti hubungan kausal suatu fenomena, ilmu pengetahuan menggunakan metode kontrol yang teliti, sehingga memungkinkan untuk dapat mengenali dan mengesampingkan sebab-sebab yang tidak mempunyai kaitan dengan fenomena itu; sedangkan akal sehat tidak menggunakan kontrol yang cermat seperti ilmu pengetahuan.
Sekian artikel tentang pengembangan ilmu pengetahuan, dan sejarah pengembangan ilmu pengetahuan. Terima kasih, Salam dari kami dan tetap ikuti http://www.sistempengetahuansosial.com/.