DINAMIKA MASSA AIR DAN SIFAT FISIS PERAIRAN KEPULAUAN SPERMONDE
Kali ini dalam sistem pengetahuan sosial, kita akan mempelajari tentang arah dan akecepatan arus permukaan kepulauan spemonde. semoga dapat berguna dan bermanfaat untuk pembaca. maka dari itu mari kita menyimak artkel tentang arah dan kecepatan arus permukaan kepulauan spermonde berikut ini.
Arah dan Kecepatan Arus Permukaan
Arus adalah gerakan massa air laut dalam arah horizontal dan vertikal pada skala besar. Arus di laut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tiupan angin monsun. Selain itu dipengaruhi juga faktor suhu permukaan laut yang selalu berubah-ubah, (Wibisono, 2005).
Arah arus permukaan memiliki hubungan yang erat dengan angin. Perairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem angin monsun yang mengalami pembalikan arah dua kali setahun, berkaitan dengan tekanan tingggi dan rendah antara benua Asia dan Australia. Pergerakan angin pada kedua monsun ini memiliki karakteristik yang pada monsun timur angin bergerak dari Australia ke Asia dan pada monsun barat terjadi sebaliknya. Pola ini berpengaruh terhadap aliran massa air di lautan khususnya pada bagian lapisan permukaan dengan ciri pada monsun barat massa air bergerak dari arah barat Indonesia menuju ke timur dan didominasi aliran massa air yang berasal dari perairan Samudera Hindia. Sedangkan pada monsun timur arus permukaan bergerak dari belahan timur Indonesia menuju ke arah barat yang didominasi aliran massa air dari Samudera Pasifik (Wyrtki, 1961).
Pola ini sesuai dengan pendapat Nontji 1993 yang menyatakan bahwa pada bulan Mei-November dipengaruhi oleh angin monsun dari tenggara, dan mencapai puncaknya pada bulan Juni-Agustus, dan disebut sebagai monsun timur karena angin bertiup diri timur ke barat. Sedangkan pada bulan Desember-April dipengaruhi oleh angin monsun dari Barat Laut, dan mencapai puncaknya pada bulan Desember-Februari, dan disebut sebagai monsun barat karena angin bertiup dari barat ke timur. Bulan Maret-Mei dan September-November disebut sebagai monsun peralihan (pancaroba), ditandai oleh tiupan angin yang tidak menentu. Pada setiap awal periode monsun ini, pengaruh angin monsun sebelumnya masih kuat.
Menurut Tomczak and Godfrey (1994) yang diacu oleh Naulita (1998), Arlindo adalah bagian dari sistem peredaran massa air dunia yang mengalirkan massa air Samudera Pasifik ke Samudera Hindia melalui perairan Indonesia. Adanya pengaruh angin monsun pada lapisan homogen tercampur (homogenous mixed loyer) menyebabkan arah aliran pada lapisan ini berubah menurut monsun. Walaupun demikian, sepanjang tahun transport Arlindo selalu mengalir ke arah barat dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Arlindo terbentuk oleh dua komponen arus, yaitu arus permukaan yang disebabkan oleh monsun dan arus lintas antar samudera (interoceanic through/low) pada lapisan yang lebih dalam. Massa air Arlindo yang berasal dari Samudera Pasifik masuk ke perairan Indonesia melalui dua jalur, yaitu melalui jalur barat masuk melalui Laut Sulawesi terus ke Selat Makassar, Laut Flores dan ke Laut Banda. Jalur kedua adalah jalur timur yang melalui Laut Maluku dan Laut Halmahera terus ke Laut Banda. Kedua jalur ini akan keluar menuju ke Samudera Hindia terutama melalui Laut Timor. Jalur keluar lainnya adalah Selat Ombai, serta melalui Selat Lombok (Gordon, 2005).
Perairan Kepulauan Spermonde adalah bagian dari Selat Makassar yang mengalirkan massa air di Selat Makassar sepanjang tahun dari Samudera Pasifik dan aliran massa air ini disebut atau dikenal dengan Arus Lintas Indonesia (Arlindo) dan merupakan bagian dari sistem peredaran massa air laut di dunia.
Letak geografis Selat Makassar yang memanjang dari arah utara ke selatan, menjadikan sepanjang tahun hampir dapat dikatakan arus permukaan perairan tidak mengalami perubahan arah, yaitu dari Utara ke Selatan, kecuali pada bagian selatan Selat Makassar karena terjadi pertemuan antara arus massa air dari Laut Jawa, Laut Flores dan massa air Selat Makassar sendiri. Pada bagian perairan ini tampak arus permukaan mengalami perubahan sesuai dengan perubahan angin monsun. Pada saat angin monsun timur, massa air yang mengalir dari Laut Flores bertemu dengan air yang keluar dari Selat Makassar kemudian bersama-sama mengalir memasuki Laut Jawa. Dalam kondisi seperti itu menjadikan banyaknya massa air pada lapisan permukaan Selat Makassar bagian selatan ikut terangkut dan bergerak ke barat, mengakibatkan terjadinya sejumlah ruang-ruang kosong di bagian permukaan yang selanjutnya memungkinkan lapisan air di bawahnya terangkat naik ke atas sehingga pada periode monsun ini dapat menimbulkan fenomena upwelling. Massa air yang masuk dari Laut Flores, merupakan massa air yang relatif lebih dingin dan memiliki kandungan nutrient cukup tinggi, mengakibatkan perairan yang menerima masukan massa air tersebut, suhunya menjadi lebih rendah dengan kandungan nutrient yang cukup tinggi (Gordon dkk, 1999). Sebaliknya pada periode monsun barat, massa air dari Laut Jawa yang mengalir dari arah barat ke timur bertemu dengan massa air yang keluar dari Selat Makassar dan bersama-sama masuk ke Laut Flores. Massa air dari Laut Jawa merupakan massa air yang lebih hangat namun tidak memiliki kandungan nutrient, sehingga hanya berdampak pada peningkatan suhu perairan di wilayah perairan itu, walaupun pada saat yang rersamaan juga terjadi curah hujan yang relatif tinggi.
Massa air perairan kepulauan Spermonde khususnya yang berada dari laut lepas (laut dalam) dalam melewati kawasan Spermonde tidak terlepas dari peranan dinamika pasang surut dan angin di sekitar kawasan. Mahic dan Zakir (2008), melakukan pemodelan arus yang disebabkan oleh angin, hasilnya memperlihatkan pola arus permukaan antara monsun barat dan monsun timur. Pola arus permukaan dominan dari arah barat menuju ke timur dan tenggara saat monsun barat. Sementara di monsun timut, arus dari tenggara menuju barat laut dan utara.
Pada pemodelan simulasi arus perairan kepulauan Spermonde dalam setiap bulannya dengan memasukkan parameter pasang surut, serta arah dan kecepatan angin maksimum sebagai faktor pembangkit arus, memperlihatkan pola arus permukaan yang tidak sepenuhnya sama dengan hasil Mahie dan Zakir (2008, karena adanya tambahan parameter pasang surut dalam model yang dibuat.
Sekian artikel kami tentang arah dan kecepatan arus permukaan kepulauan spermonde. Terima kasih dan tetap ikuti http://www.sistempengetahuansosial.com/.