klik saja

Morfologi Karst

Posted by

Rahasia Ekosistem Hutan Bukit Kapur

Selamat datang di sistem pengetahuan sosial, berikut kami akan jelaskan morfologi karst, faktor-faktor yang mempengaruhi morfologi karst, serta hubungan kondisi iklim dan tanah terhadap morfologi karst., maka dari itu mari kita menyimak morfologi karst berikut ini...

Morfologi Karst

    Karst Maros-Pangkep memiliki karakteristik geomorfologis yang khas. Bukit-bukitnya mempunyai lereng tebing yang amat curam atau terjal dengan kelerengan berkisar 57°- 82° dengan puncak tumpul. Batuannya adalah batu gamping dengan sistem kekar berupa kekar tiang (columnar joint) dan kekar lapis atau kekar lembar (sheet joint). Proses kartisifikasi menghasilkan benyukan seperti gua yang di dalamnya dijumpai stalaktit, stalagmit, pilar, batu-alir (flowstone), dan endapan traventin (Sunarto, 1997). Bentuk topografi (karst topografi) berelief tinggi, dan berbentuk menara (tower karst), serta sebagian berupa dataran.
Di antara morfologi karst pada menara-menara (tower karst) terdapat endapan aluvium sungai berupa bongkah, monyetkal, kerikil, pasir, dan lempung (Departemen Pertambangan dan Energi Sulawesi Selatan dan Tenggara, 1997). Menurut Imran, dkk (2004)  morfologi karst ini terbentuk akibat besarnya kontrol tektonik terhadap pembentukan menara di kawasan karst tersebut.
    Ditinjau dari fase atau stadia perkembangannya, morfologi karst Maros-Pangkep termasuk pada fase III beralih ke fase IV. Dikatakan fase III karena bukit-bukitnya yang berlereng terjal masih mengelompok, seperti yang dijumpai pada Perbukitan Alapolong (Bulu Alapolong) yang letaknya membujur dari sebelah Timur hingga Selatan Taman Prasejarah Leang-Leang. Meskipun demikian, dijumpai pula bukit-bukit yang terpisah oleh dataran rendah dari perbukitan utama. Adanya bukit- bukit yang terpisah atau terisolasi ini menunjukkan fase IV (Sunarto, 1997).
    [Morfologi Karst] Menurut McDonald (1976), banyak dari relief limestone terdiri atas dataran massif berbentuk bukit-bukit yang berdiameter 1 sampai 10 km, dan umumnya mempunyai ketinggian 150 m sampai 300 meter dari dataran yang ada di sekitamya. Puncak tertinggi mencapai 564 m dari permukaan laut, sementara dataran di sekitamya berada pada ketinggian 5 sampai 30 m di atas permukaan laut. Beberapa morfologi karst dataran lembah yang barada di antara dua patahan (dataran lorong patahan) ditemukan berada pada ketinggian 120 m di atas permukaan laut. Banyak bukit-bukit kecil yang diametemya kurang dari 1 km atau kurang dari 100 m, dan biasanya tingginya kurang dari 100 m ditemukan tersebar pada berbagai wilayah ketinggian. Selain itu, juga ditemukan batuan-batuan kapur yang tersebar pada dataran aluvial dengan tinggi sekitar lima meter, yang biasa disebut bukit sisa.
    Morfologi karst di wilayah Kabupaten Maros merupakan daerah yang intensitas patahannya sangat tinggi, akibat adanya pengaruh tektonik di masa lampau (Sukamto, 1982). Oleh karena itu, morfologi karst yang berkembang pada kawasan ini adalah tower-tower karst (Imran dkk, 2005).
Morfologi Karst

Nah setelah membahas morfologi karst maka kami sistem pengetahuan sosial akan membahas kondisi iklim dan tanah karst., karena kondisi iklim dan tanah berpengaruh pada morfologi karst itu sendiri.,,,

Faktor-faktor yang mempengaruhi Morfologi Karst

Iklim

Keberadaan vegetasi di wilayah karst banyak dipengaruhi curah hujan. Untuk mengetahui pengaruh curah hujan terhadap keberadaan vegetasi di wilayah karst Maros-Pangkep dibuat peta sebaran intensitas curah hujan dengan metode Polygon Thiessen. Peta ini dibuat berdasarkan data rataan intensitas curah hujan selama 10 tahun pada enam stasiun di sekitar areal Karst.
    Kawasan karst Maros- Pangkep didominasi oleh tiga kelas intensitas curah hujan, yakni intensitas curah hujan 48,45 mm/thn di bagian Utara pada wilayah Tonasa I dan Tonasa II, intensitas curah hujan 32,49 mm/thn di bagian Selatan pada wilayah Bantimurung dan sebagian Gua Pattunuang, serta intensitas curah hujan 10,05 mm/thn di bagian Selatan pada wilayah Karaenta dan sebagian Gua Pattunuang
    Berdasarkan perhitungan data curah hujan yang dikumpulkan dari tiga stasiun meteorologi yang mendominasi ketiga kelas curah hujan diketahui bahwa pada wilayah bagian Selatan terutama yang berdekatan dengan ibukota Kabupaten Maros, seperti Bantimurung dan Biseang Labboro, termasuk ke dalam iklim tipe D (Schmid dan Ferguson), dengan nilai Q ratio = 68,5 %. Pada wilayah bagian Timur, yakni stasiun Labuaja, termasuk ke dalam iklim tipe C, dengan nilai Q ratio = 56,52 %, sedangkan pada bagian Utara, terutama wilayah Kecamatan Balocci dan Tonasa II Kabupaten Pangkep, juga masuk kategori iklim tipe C, tetapi lebih basah dari stasiun Labuaja dengan nilai Q ratio = 33,87 %.
    Karakteristik curah hujan dari ketiga stasiun metereologi yang mendominasi areal karst ditunjukkan oleh diagram curah hujan yang dibuat dengan metode Walter (Kitayama 1991). Stasiun klimatologi Bantimurung, musim hujan dengan curah hujan di atas 100 mm per bulan ummimya herlangsung selama enam bulan dan jatuh antara bulan November sampai bulan Mei, sedangkan musim kemarau jatuh antara bulan Mei sampai November.
     Curah hujan antara 60 mm - 100 mm berlangsung selama tiga bulan, yakni bulan Mei sampai Juli, dan Oktober sampai November, sedangkan musim terkering dengan curah hujan di bawah 60 mm berlangsung selama dua bulan, yakni dari bulan Agustus sampai Oktober. Rataan curah hujan selama 10 tahun terakhir sebesar 1.188 mm/tahun, dengan curah hujan maksimum yang jatuh pada bulan Januari hanya mencapai 339,6 mm.
    Pada stasiun Labuaja, musim hujan dengan curah hujan di atas 100 mm perbulan umumnya berlangsung selama tujuh bulan dan jatuh antara bulan Oktober sampai Mei, sedangkan musim kemarau jatuh antara bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan antara 60 mm - 100 mm berlangsung selama dua bulan, yakni bulan Mei sampai Juni dan bulan September sampai Oktober, sedangkan musim terkering dengan curah hujan di bawah 60 mm berlangsung selama 3 bulan, yakni antara bulan Juni sampai September. Rataan curah hujan selama 10 tahun terakhir sebesar 3.584 mm/thn dengan curah hujan maksimum yang jatuh pada bulan Desember mencapai 943,14 mm.
    Pada stasiun Balocci, musim hujan dengan curah hujan di atas 100 mm per bulan umumnya berlangsung selama delapan bulan dan jatuh antara bulan Oktober sampai Juni, sedangkan musim kemarau jatuh antara bulan Juni sampai Oktober. Curah hujan antara 60 mm - 100 mm berlangsung selama dua bulan, yakni bulan Juni sampai Juli, dan bulan September sampai Oktober, sedangkan musim terkering dengan curah hujan di bawah 60 mm berlangsung selama satu bulan, yakni pada bulan Agustus. Rataan curah hujan selama 10 tahun terakhir sebesar 3.609 mm/tahun, dengan curah hujan maksimum yang juga jatuh pada bulan Desember mencapai 791.33 mm.

Tanah

Ada dua jenis tanah yang umum ditemukan pada areal karst Maros-Pangkep, di mana keduanya kaya akan kalsium dan magnesium. Jenis tanah Rendolls yang mempunyai warna kehitaman karena tingginya kandungan bahan organik. Jenis tanah ini ditemukan pada dasar lembah lereng yang landai, terutama di bagian Selatan dari areal karst, sedangkan jenis tanah Eutropepts, yang merupakan turunan dari inceptisol, umumnya ditemukan pada daerah yang mempunyai kelerengan yang terjal dan puncak bukit kapur. Tanah ini sangat dangkal dan berwama terang (Departemen Pertambangan dan Energi Sulawesi Selatan dan Tenggara, 1997).
Demikian postingan kami tentang morfologi karst, faktor-faktor yang mempengaruhi morfologi karst, serta hubungan kondisi iklim dan tanah terhadap morfologi karst. Terima kasih, semoga informasi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk pembaca. Selamat belajar dan tetap ikuti http://www.sistempengetahuansosial.com/.

Sumber: Buku Rahasia Ekosistem Hutan Bukit Kapur Oleh Prof. Amran Achmad., Brillian Internasional




FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Sistempengetahuansosial Updated at: 3:30:00 PM

Cari di Google