klik saja

Lintasan Sejarah Makassar

Posted by

Lintasan Sejarah Kota Makassar (Edward L.Poelinggomang)

Berikut ini sistem pengetahuan sosial mengutip lintasan sejarah makassar oleh Prof. Edward L. Poelinggomang., dalam artikel ini kita akan mempelajari kembali lintasan sejarah makassar terbentuknya bandar makassar, kemudian lintasan sejarah makassar bentukan spelman dan lintasan sejarah makassar 1847 sampai sekarang. Selamat membaca lintasan sejarah makassar dibawah ini.

    Makassar adalah predikat atau keterangan nama tempat yang dikenal lebih dahulu dan penyebutan untuk bandar niaga kerajaan kembar Gowa dan Tallo, yang dalam perkembangannya menyandang nama Kerajaan Makassar. Dalam naskah kuna Majapahit (Jawa), Negara Kartagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada abad ke-13, telah disebutkan nama Makassar, selain itu nama Luwu, Bantaeng, dan Selayar juga. Hingga sekarang Nama tempat yang disebut Makassar itu belum dapat diidentifikasi. Selain dari itu dalam tradisi pelaut dan pedagang yang berniaga ke Maluku menyebut kawasan pulau-pulau berada di utara Pulau Sumbawa yang disebut dengan nama Makassar. Tradisi penyebutan pulau-pulau itu kemudian diserab oleh pelaut dan pedagang Portugis setelah merebut dan menduduki Malaka. Menurut Tome Pires dalam catatannya diungkapkan bahwa pedagang-pedagang Melayu menginformasikan bahwa terdapat jalur paling singkat dalam pelayaran ke Maluku yaitu melalui Makassar (Cortesao, 1944). Tampaknya informasi itu mendorong pelaut dan pedagang Portugis melusuri jaiur pelayaran itu, sehingga Pulau Kalimantan diberi nama “Pulau Makassar yang Besar" (Gramdos ilha de Macazar) dan Pulau Sulawesi dan pulau-pulau di sekitamya dengan sebutan “Pulau-pulau Makassar" (Ilhas dos Macazar) dalam peta pelayaran pengembara Portugis. Kota-kota pelabuhan yang berada di pesisir barat Sulawesi yang menjadi tempat singgah dalam pelayaran ke Maluku juga diberikan predikat Makassar, Selain penyebutan nama Makassar untuk pulau-pulau itu  antara lain Tallo makassar, Siang , Suppa, Bacokiki, Sidenreng dan Napo Makassar.

    Informasi lintasan sejarah makassar menyangkut penyebutan Makassar yang meliputi wilayah yang luas itu, dalam perkembangan kemudian dimatereikan menjadi nama bandar niaga kerajaan Gowa dan Tallo (Sombaopu dan Tallo) dua bandar yang secara historis baru tumbuh kemudian setelah beberapa pelabuhan lain, seperti: Suppa, Siang, Sidenreng, Bacokiki dan Napo. Sehubungan dengan itu topik pembicaraan dalam menelusuri lintasan sejarah Makassar, pertama-tama diarahkan untuk menelusuri latar sejarah penamaan bandar niaga yang kini mengemban nama Makassar. Setelah itu diungkapkan proses kesejarahan kedudukan Makassar sebagai kota niaga. Dengan demikian kiranya dapat dipahami mengapa penyebutan nama kota Makasaar mengandung makna bagi perkernbangan kota ini menuju kotaniaga dunia.

Terbentuknya Bandar Makassar (1500-1669)

    Informasi kesejarahan yang ditelusuri hanya memberikan gambaran bahwa bandar itu terbentuk dari dua bandar niaga dari kerajaan berhasil membentuk persekutuan setelah melalui permufakatan penyelesaian konflik (perang). Permufakatan mereka itu dikenal dalam bentuk pernyataan bahwa “ barang siapa yang mengadu-dombakan Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Tallo akan dikutuk oleh Dewata” (ia-iannamo tau ampasiewai Gowa-Tallo iamo nacalla Dewata) (Wolhoff dan Abdurrahman, t.thn: 21; Stapel, 1922. 2, Andaya, 1981: 24). Kesepakatan itu berpengaruh bagi rakyatnya dan semua yang mengenal dua kerajaan kembar itu sehingga muncul ungkapan “satu rakyat, dua raja” (sereji ata narua karaeng). Persekutuan yang dibangun itu bersifat menyatukan dua kerajaan dalam kehidupan kenegaraan tetap mengakui kedudukan kekuasaan masing- masing sebagai raja kerajaan, di samping membentuk satu kesatuan dengan menempatkan raja Gowa sebagai pemegang kendali kekuasaan kerajaan kembar itu (Sombaya) dan raja Tallo sebagai pejabat mangkubumi (Tumabicara Buta).

    Perang yang berakhir dengan pembentukan persekutuan dua kerajaan itu berbasis pada keinginan Kerajaan Gowa untuk mengubah orientasi kehidupan kerajaannya dari agraria ke dunia maritim pada periode pemerintahan Tumaparissi Kalonna Daeng Matanre Karaeng Manguntungi (1510-1546) raja Gowa IX. Setelah Malaka diduduki oleh Portugis pada 1511, Kebijakan itu dilaksanakan mengingat semakin banyak arus migran pedagang Melayu ke kawasan ini. Sehubungan dengan itu, setelah persekutuan dua kerajaan itu, yang diperintah oleh raja secara kesejarahan dari keturunan yang sama, menaklukan kerajaan-kerajaan pesisir dan memaksa mereka untuk melakukan perdagangan dengan Bandar niaga Tallo dan Sombaupu untuk memperluas daerah kekuasaannya.

    I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung, Tunipalangga Ulaweng raja Gowa X (1546-1565) memandang kebijakan ini kurang memberikan peluang bagi kemajuan bandar niaga kerajaan kembar Gowa-Tallo. Oleh karenanya dicetuskan kembali tindakan penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan pesisir dan kerajaan-kerajaan yang memiliki potensi ekonomi, dengan kebijakan baru yaitu memaksa kerajaan-kerajaan taklukan untuk tunduk dan patuh kepadanya dan mengangkut orang dan barang dari negeri taklukan, khususnya yang bergiat dalam dunia perdagangan maritim ke bandar negerinya. Kebijakan itu saya sebut sebagai kebijakan makkanama nu mammio (aku bertitah dan kamu menaatinya). Kebijakan ini berakibat bandar-bandar niaga yang berada di pesisir jazirah selatan menjadi sirna, dan hanya ada dua bandar yaitu Tallo dan Sombaopu, namun secara fisik sudah sulit dipisahkan karena wilayah antara dua bandar itu telah menyatu dan tampak menjadi satu bandar yang terbentang dari muara Sungai Bira (Sungai Tallo) hingga muara Sungai Jeneberang yang dipenuhi oleh para pedagang dari berbagai bandar niaga yang berpredikat Makassar sebelumnya.
    Kenyataan itu yang mendasari para pedagang itu menyebut bandar niaga Tallo dan Sombaopu itu dengan tidak menyebut Tallo Makassar dan Sombaopu tetapi dengan sebutan Bandar Makassar, karena keduanya telah menyatu. Sebutan yang sama pula untuk menyebut dua kerajaan kembar yang telah membentuk persatuan itu dengan Kerajaan Makassar, nama yang sama dengan penyebutan bandar niaga mereka.
Kenyataan kesejarahan itu memberikan petunjuk pada kita bandar Sombaopu dan bandar Tallo menyatu menjadi satu bandar pada periode pemerintah raja Tunipalangga Ulaweng dan mangkubumi Mangaijoang Berang Tunipasuru (raja Tallo) Bila dipertimbangkan setelah dua atau tiga tahun memerintah kemudian melakukan ekspedisi penaklukan selama kurang lebih 5 tahun, maka dapat diperkirakan bahwa setelah 8 tahun memerintah wilayah antara bandar Tallo dan Sombaopu telah dipenuhi oleh penduduk kerajaan taklukan yang bergiat dalam dunia perdagangan maritim. Kedua bandar itu sebagai satu-satunya bandar niaga di pesisir barat jazirah selatan yang telah menyatu, dan berkedudukan.

    Seiring dengan kebijakan menempatkan dan memusatkan kegiatan pelaut dan pedagang dari kerajaan-kerajaan taklukan pada bandar niaga Tallo dan Sombaopu sebagai satu-satunya pusat niaga, sehingga kerajaan kembar ini melaksanakan “kebijakan pintu terbuka” (open door policy) dengan menganut prinsip ‘laut bebas” (mare liberium). Kebiiakan itu melapangkan para pelaut dan pedagang yang bergiat dalam dunia perdagangan maritim di kawasan kepulauan ini berdatangan dan memohon izin menetap dan bemiaga. Pedagang yang jauh sebelumnya telah menetap dan bemiaga di sekitar Sombaopu adalah pedagang Portugis pada tahun 1532 (Erkelens, 1897: 82). Kebijakan penaklukan dan pemusatan kegiatan di bandar Gowa-Tallo itu berdampak pada pedagang Melayu, yang bermukim di Bandar Siang (Pangkajene - Bungoro) sebelumnya, memohon izin untuk menetap dan bemiaga di Makassar. Dalam perkembangan kemudian datang pula pedagang-pedagang lain, seperti Belanda (VOC) pada 1603, Inggeris (1613), Spanyol (1615), Denmark (1618) dan Cina (1618). Berkumpulnya para pedagang di bandar ini berhasil mneningkatkan statusnya menjadi bandar transito intemasional terpenting atau dengan kata lain menjadi kota niaga dunia.

    Pertanyaan yang muncul adalah mengapa Makassar dapat berkembang menjadi pelabuhan transito intemasional terpenting di Asia Tenggara ketika itu. Jika ditelusuri kebijakan perdagangan Kerajaan Makassar, tampak bahwa penguasa kerajaan ini menganut idiologi “laut bebas” (mare liberium) sehingga berorientasi perdagangan yang bebas. Penguasa kerajaan bergiat memudarkan bandar-bandar yang berkembang di sekitar bandarnya, antara lain bandar: Siang, Bacokiki, Suppa, dan Napo Untuk memusatkan kegiatan perdagangan di Bandar niaganya. Para penguasa kerajaan juga memudahkan pedagang asing untuk menetap dan bemiaga di kota dagangnya. Para pedagang asing yang menetap dan berniaga di bandar itu menyatakan bahwa para penguasa kerajaan bersikap adil dan sangat suka memaafkan. Hal itu menunjukkan bahwa para penguasa menerapkan sistem pelayanan prima. Satu hal lain lagi yang membuat para pedgang berlomba-lomba para pedagang ke Makassar adalah harga jual remph-rempah lebih murah dari harga jual di negeri penghasilnya. Oleh karena itu para pedagang VOC juga terus bergiat menjalin hubungan dengan Makasssar (baca: staple, 1992).

    Anthony Reid (1983: 117) yang meneliti dan mengkaji perkembangan perdagangan Makassar sebelum perang Makassar (1666-1667; 1668-1669) berkesimpulan bahwa pertumbuhan perdagangan Makassar menampilkan kisah kemajuan dan keberhasilan yang tiada bandingnya dengan sejarah Indonesia. Bandar perdagangan Makassar maju dan tumbuh dengan pesat dalam dunia perdagangan, bagi semua pedagang yang bergiat dalam dunia perdagangan maritim yang menjadi pusat kunjungan niaga. Pedagang Eropa dan Timur asing lainnya yang datang berniaga dan menetap di Bandar ini merasakan keamanan mereka penuh kedamaian dan terlindung. Itulah penyebab mereka memaparkan dalam sebuah laporan bahwa raja bersikap sangat toleransi dan simpati serta suka memaafkan (Stapel, 1922: 9). Tambahan pula para pedagang dan pelaut Sulawesi Selatan dikenal sebagai pedagang yang senantiasa menepati janji, suka membantu dan mambela orang-orang yang diperlakukan semena-mena (Itulah sebabnya mereka dijuluki Ajam Jago- ayam jago kesayangan dari Timur = De hantjes vat het Oosten), dan senantiasa berkeinginan memusatkan di Makassar kegiatan niaganya. Itulah yang menimbulkan bagi mereka yang saling konflik di luar senantiasa menampilkan perilaku yang santun dan berdamai serta berdagang bersama di Makassar.

Lintasan Sejarah Makassar Bentukan Spelman (1670-1846)

    Kemajuan yang diukir dalam lintasan sejarah Makassar ini mulai mengalami kesuraman setelah perang Makassar (1666-1669). Kompeni (Verenidge Oost-indie Compagni, disingkat VOC) yang tampil sebagai pemenang dalam perang itu bergiat mengubah kedudukan Makassar, karena dipandang sebagai nama yang tidak melapangkan kebijakan monopoli perdagangan rempah-rempahnya. Itulah sebabnya setelah usai perang, Speelman tampil dengan rancangan baru mengubah kedudukan bandar niaga yang telah didudukinya itu. Benteng-benteng pertahanan diruntuhkan dan hanya dua benteng yang tetap dipertahankan, yaitu Benteng Sombaopu {pusat pemerintahan Kerajaan Gowa) dan Benteng Jungpandang dijadikan tempat kegiatan administrasi dan niaga kompeni, yang diganti namanya menjadi Fort Rotterdam. Benteng Somba Opu kemudian mengalami keruntuhan akibat pecah kembali Perang Makassar babakan kedua (1668-1669). Akibatnya hanya tinggal satu benteng yang berdiri megah hingga kini. Selain itu di bagian utara benteng tetap berdiri megah ini dibentuk satu perkampungan pedagang (negorij) yang dinamakan Negorij Ylaardingen. Di tempat inilah para pedagang Belanda menetap dan menjual barang dagangan mereka. Di bagian utara negorij ini ditempatkan pedagang Melayu, sehingga tempat itu disebut Kampong Melayu. Pada bagian timur dibangun istana untuk Arung Palakka, raja Bone, yang dinamakan Bontoala, dan lahan kebun untuk para pedagang Belanda yang disebut Kebun Kompeni (Compagnie Tuin). Kompeni juga memiliki areal di bagian timur yang disebut Koninksplein (Karebosi) Untuk menjamin keamanan kegiatan berkebun dibangun kemudian sebuah benteng di daerah Patunuang, sebelah timur Koninksplein, yang dikenal dengan nama Fort Vredenberg.

    Jika diperhatikan pola pengaturan ini tampak menunjukan bahwa Kompeni, khususnya kebijakan Speelman, bertujuan untuk mensirnakan penyebutan Makassar untuk kota baru yang dibangun itu. Untuk maksud itulah Makassar yang menjadi pelabuhan transito intemasional terbesar itu (kota niaga dunia) tidak dijadikan kota pelabuhan dagang melainkan diubah statusnya menjadi pos pengaman kebijakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Itulah sebabnya bandar ini hanya berfiingsi sebagai pelabuhan singgah kapal Kompeni dari Batavia yang berlayar ke dan datang dari Maluku. Nama Makassar tidak tampak dalam rancangan kota baru yang dibangun di reruntuhan Kota Makassar. Penyebutan area tempat kegiatan perdagangan dengan nama Vlardingen itu mengindikasikan bahwa Speelman telah menggantikan nama kota itu. Namun hubungan antara para penguasa daerah kerajaan dengan Kompeni berpusat pada Fort Rotterdam, yang di kalangan mereka lebih dikenal dengan nama Jungpandang, maka tampak bahwa kota baru ciptaan Speelman itu dikenal kota Jungpandang.

    Dalam perkernbangan kemudian ketika produksi teh Cina mendapat permintaan pasar di Eropa, pihak Kompeni bergiat menjalin kembali hubungan perdagangan dengan Cina. Usaha itu mendorong Kompeni membuka beberapa pelabuhan dagang di wilayahnya bagi perdagang maritim Cina pada tahun 1731. Dalam kebijaksan itu tampak bahwa kota baru ciptaan Spelman itu kembali disebut dengan Pelabuhan Makassar. Hal itu mungkin berkaitan dengan pengetahuan pedagang Cina akan nama bandar itu dengan nama Makassar dan bukan Vlardingen. Sejak itu tampak bahwa bandar Makassar mulai kembali diberi peluang bertumbuh kembali, meskipun dalam kebijakan hubungan niaga dengan Cina itu, hanya diizinkan dua jung setian tahun untuk mengunjungi Makassar.

Pengembangan Kota Makassar (1847 sampai sekarang)

    Perdagangan teh dan hubungan perdagangan dengan Cina itu akhimya mendorong pemerintah Hindia Belanda, yang menggantikan kedudukan Kompeni (1816) di Indonesia, bergiat bersaing dengan pedagang Eropa lainnya, khususnya Inggeris. Untuk tujuan itu pemerintah berusaha kembali memajukan perdagangan Makassar dengan menjadikan kota niaga itu berstatus pelabuhan bebas pada 1 Januari 1847. Kebijakan itu berhasil meningkatkan volume perdagangan Makassar dan menyaingi bandar niaga Inggeris di Singapura. (baca: Poelinggomang, 2002).

    Kemajuan itu telah mendorong berbagai pihak yang ingin berniaga dengan China, bergiat menjalin hubungan dengan penguasa dan pedagang di Makassar. Hal itu berkaitan dengan kenyataan bahwa pelaut dan pedagang Makassar yang memegang peranan penting dalam perdagangan produksi laut pada satu sisi, dan pada sisi lain ketika itu China sangat membutuhkan produksi laut, antara lain: teripang, agar-agar, sirip ikan iyu, kerang mutiara, dan sisik (kulit penyu). Sehubungan dengan itu pemerintah mulai melapangkan perluasan kota. Pada awalnya area “kebun Kompeni” mulai dijual kepada perusahan asing yang menjalin hubungan dengan Makassar, antara pengusaha Inggeris dan China dari Singapura, perusahan pelayaran Prancis, dan Jerman. Kemajuan itu mendorong pemerintah memperluas wilayah kota ke arah timur hingga pada batas yang kini namanya Jalan Veteran.

    Namun dalam perkernbangan kemudian, pada tahun 1872, pemerintah Hindia Belanda memandang kemajuan Makassar itu tidak menguntungkan pemerintah kecuali bandar niaga asing lainnya. Kenyataan menunjukan semakin kurang berkembang bandar niaga Batavia, Semarang, dan Surabaya. Oleh karena itu pemerintah menghendaki perubahan status bandar Makassar dari pelabuhan bebas menjadi pelabuhan wajib pajak, namun mendapat reaksi protes berbagai pihak karena dipandang akan lebih menguntungkan bandar niaga asing lainnya.

    Perkernbangan dan kemajuan Makassar itu didukung oleh sejumlah faktor, antara lain: (1) letak Makassar berada di pusat dari kawasan perdagangan di kepulauan ini; (2) posisinya berada pad jalur jaringan perdagangan dari Negara-negara yang berada dibagian utara benua Asia dengan Australia yang berada di selatan, juga pada jalur pelayaran dari Samudera Pasifik menuju ke Samudera Hindia; (3) pelabuhannya termasuk pelabuhan alam yang nyaman karena terlindung oleh pulau-pulau kecil yang bertebaran di depannya sehingga gelora laut pada muson barat laut tidak mengancam kapal dan perahu dagang yang berlabuh; (4) sebagian penduduk Sulawesi Selatan bergiat dalam dunia perdagangan maritim dan dikenal sebagai pelaut dan pedagang yang ulung dan cekatan. Banyak karangan yang mengungkapkan bahwa pelaut dan pedagang dari Sulawesi Selatan yang memegang peranan penting dalam dunia perdagangan maritim pada abad ke-19. Salah satu alasan dari kelompok yang menentang rencana pemerintah untuk membatalkan kedudukan pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan bebas itu yang dipandang sangat penting adalah bahwa jika status Makassar diubah maka pelaut dan pedagang dari Sulawesi Selatan akan kembali memusatkan kegiatan perdagangan maritim mereka ke bandar niaga asing, khususnya Singapura. Itu berarti akan melemahkan kedudukan perdagangan maritim di Hindia Beianda dan kemungkinan dapat melapangkan bangsa Eropa lain masuk dan memiliki koloni di Indonesia, karena banyak kerajaan masih berkedudukan, secara de facto, kerajaan yang merdeka dan berdaulat.

    Oleh karena itu rencana itu ditunda hingga pemerintah dapat mengusai secara de facto wilayah kerajaan itu. Itulah sebabnya setelah pemerintah mengusahakan perusahan pelayaran yang dapat menggantikan peran pelaut dan pedagang dari Sulawesi Selatan dengan membangun Koninklijk Paketvaart Maatschappaij (KPM) pada 1891 dan melaksanakan ekspedisi militer Sulawesi Selatan pada 1905, baru pemerintah mengumumkan pembatalan kedudukan pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan bebas dan menjadikan pelabuhan wajib pajak pada 1906.

    Kedudukan Makassar sebagai pusat perdagangan dialihkan ke pusat perdagangan di Jawa. Untuk melayani kegiatan perdagangan ke Kalimantan dipusatkan ke Sernarang dan untuk kawasan timur diembankan kepada otoritas Pelabuhan Surabaya. Sejak itu segala kegiatan ekspor dan impor harus melalui Pelabuhan Surabaya, dan Makassar diberi hadiah hanya sebagai pintu gerbang, tempat berlalunya kegiatan perdagangan ke kawasan timur Indonesia maupun ke negara asing lainnya. Selain itu untuk tidak merisaukan diberikan hadiah status “pemerintahan kota(gemeente) pada April 1906, bersama empat kota lainnya yaitu: Batavia, Semarang, Surabaya, dan Medan. Kedudukan ini ditingkatkan menjadi “kota praja” (staatsgemeente) pada tahun 1918. Dengan status ini pemerintahan kota sudah dilaksanakan oleh seorang wali kota. Kebijakan pemerintah Hindia Belanda itu tampak lebih mengutamakan kota pelabuhan di Jawa untuk tumbuh menjadi bandar niaga terpenting, dan bergiat menjadinya kota pelabuhan di luar Jawa sebagai penyanggah kemajuan bandar niaga itu termasuk Makassar, Banjarmasin, Ternate, Banda, Amboina, Menado dan Kema. Kota Makassar dalam perkembangan kemudian lebih difungsikan menjadi kota administrasi pemerintahan.

    Kedudukan kota Makassar ini kembali mengalami perubahan nama pada tahun 1972, hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Speelman pada tahun 1669. Perbedaannya hanyalah pada luas areal kota. Jika Speelman merancang dengan memperkecil luas arel kota dan menempatkan administrasi kolonialnya pada Benteng Jungpandang (Fort Rotterdam) maka pada periode 1972 perubahan nama Makassar menjadi Ujungpandang itu didalihkan pada peluasan areal wilayah kota setelah memasukan beberapa bagian wilayah dari Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Perubahan nama itu juga didalihkan bahwa penduduk dari luar Makassar atau dari daerah-daerah yang datang ke Makassar selalu menyatakan ke Jungpandang. Tidak disadari bahwa kehendak ke Jungpandang itu berkaitan dengan urusan administrasi pemerintahan kolonial yang berpusat di Benteng Jungpandang, bukan pada kota yang telah dipulihkan namanya kembali menjadi Makassar sejak 1731. Masih terdapat lagi sejumlah argumentasi yang ditampilkan oleh pendukung perubahan nama kita itu, seperti misalnya bahwa kota Makassar yang dibangun itu dahulunva merupakan areal hutan pohon pandan, ataupun menyatakan bahwa nama itu diberikan oleh pedagang asing.

    Pada sisi lain muncul pula sejumlah pemikiran yang menentang perubahan nama itu karena memandang nama itu lebih dikenal di dunia intemasional daripada nama Ujungpandang. Pendapat ini pada dirinya terkandung anggapan bahwa perubahan nama itu secara sengaja untuk memudarkan ketenaran Makassar sebagai tempat yang pernah menjadi bandar transito intemasional yang terkenal di kepulauan ini dan bahkan di Asia Tenggara. Selain itu juga ada yang memberikan alasan bahwa Ujungpandang itu hanya suatu areal kecil yang menjadi tempat dibangunnya Benteng Jungpandang, sementara penyebutan Makassar itu menunjukan pada pusat perdagangan yang sejak awal wilayahnya luas mulai dari Sungai Bira di bagian utara hingga Sungai Jeneberang di bagian selatan. Bahkan nama Makassar itu telah mengukir lintasan sejarah makassar kegemilangan yang mengagungkan. Oleh karena itu terus bergiat untuk dapat kembali memulihkan nama itu pada kota yang telah diperluas dan diberi nama Ujungpandang.

    Sejarah kegemilangan Makassar itu diungkapkan oleh Anthony Reid dari hasil penelitiannya yang dipublikasikan dalam jurnal RIMA pada tahun 1983 dengan judul The Rise of Makassar. Artikel ini menambah ransangan bagi kelompok yang menghendaki nama Makassar dipulihkan. Suatu peluang tampak tertangkap oleh mereka ketika BJ Habibie menjadi presiden RI. Pemerintah Kotamadya Makassar memprakarsai sebuah seminar untuk membicarakan kembali perubahan nama Ujungpandang kembali ke Makassar di Makassar Golden Hotel (MGH). Pada seminar itu hadir juga H.M. Daeng Patompo, tokoh perintis dan pengubah nama Makassar menjadi Ujungpandang. Pada kesempatan itu ia juga mengajukan pernyataan mendukung pengubahan nama Ujungpandang kembali menjadi Kota Makassar, setelah menjelaskan secara singkat mengapa ia melakukan perubahan itu, yang konon atas desakan pemerintah pusat.

    Seminar itu akhimya berhasil mencapai kesepakatan untuk mengusulkan kepada pemerintah pusat agar memulihkan nama Makassar dengan mengubah keputusan terdahulu yang menggantikan nama Makassar menjadi Ujungpandang.. Hasil keputusan seminar itu akhirnya diusung oleh tokoh-tokoh pendukung nama Makassar ke Jakarta. Usulan untuk mengembalikan dan memulihkan nama Makassar itu mendapat persetujuan dari pemerintah sehingga akhimya menjelang akhir tahun 1999, nama Makassar kembali bergema menggantikan nama Ujungpandang. Keputusan pemerintah itu memberikan suasana baru bagi kehidupan penduduk kota pada khususnya dan penduduk Sulawesi Selatan pada umumnya. Pemerintah kota bergiat merancang pengembangan kota ini untuk dapat menampilkan wajah yang mempesona dengan rancangan untuk menjadikan kota maritim, budaya, dan pendidikan disamping polesan pesona lain untuk menambah maraknya kegiatan kehidupan kota. Dalam perkembangan ke depan pemerintah berkenan mengubah kebijakan perdagangan maritim dan menjadikan Makassar menjadi salah satu kota niagadunia, sentra niaga terpenting di samping Jakarta, Semarang, dan Surabaya dalam kegiatan perdagangan maritim.

    Kedudukan Makassar paling strategik, tidak hanya dari pertimbangan jalur perdagangan maritim, tetapi juga posisi kota yang menghadap ke arah barat. terletak pada pesisir barat jazirah selatan Pulau Sulawesi, menawarkan juga panorama menjelang senja yang indah dan menyejukan. Jerih-payah setelah menunaikan tugas pekerjaan dapat disimahkan dengan panorama menjelang senjak di Pantai Losari, kawasan pesisir Kota Makassar. Hal ini tampak mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari walikota Makassar, Dr. H. Ilham Arief Sirajuddin, yang bergiat mempoles kawasan pesisir kota Makassar menjadi publik yang indah dan menawan. Keindahan itu dipoles pernak-pernik budaya dan tokoh-tokoh penting di Sulawesi Selatan sehingga nampak bahwa ‘Pantai Losari” Makassar bukan hanya menjadi sarana hiburan belaka, tetapi juga menampilkan nuansa pendidikan, sambil beribadah pada Mesjid Terapung.Patut diakui bahwa pembangunan Pantai Losari itu merupakan gagasan walikota Makassar yang direalisasikan menjadi karya gemilang dari Ir. H. Moh. Ramdhan Pomanto yang popular dengan nama Danny Pomanto.

    Saya pikir, gagasan Walikota Makassar, Dr. H. Ilham Arief Sirajuddin untuk membangun Kota Makassar menjadi kota dunia patut mendapat dukungan sepenuhnya dari kita. Gagasan ini juga pasti berlandas pada posisi Makassar dalam peta Negara Republik Indonesia yang tampak berada pada pusar Negara kepulauan kita. Dukungan kita itu bukan hanya untuk memulihkan atau mengembalikan kedudukan yang pernah diraih pendahulu kita yang menempatkan kota ini tempat bagi loji asing (konsulat), seperti loji: Portugis, Belanda, Inggeris, Spanyol, Denmark, dan China, tetapi yang terpenting adalah memulihkan kembali kegiatan perdagangan maritim kawasan timur Indonesia yang telah disimakan oleh pihak penjajah Belanda dengan mengalihkan kedudukan Makassar ke Semarang dan Surabaya.

Tinjauan Akhir Lintasan Sejarah Makassar

    Gambaran ringkas yang diungkapkan ini menunjukan bahwa dalam lintasan sejarah makassar pernah mengalami perubahan nama dua kali. Pertama, pada tahun 1669, Ketika Spelman ingin membangun Makassar menjadi pos pengaman kepentingan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Untuk maksud itu, wilayah kota diperkecil dan nama Makassar diubah menjadi Vlardingen, agar dapat memudarkan kedudukan kota ini sebagai bandar transito intemasional yang terpenting ketika itu. Karena kemajuan Makassar dipandang tidak melapangkan kebijakan monopoli perdagangan, konsep yang ketika itu tertuju pada keinginan untuk berdagang sendiri. Itulah sebabnya semua pedagang asing (Eropa dan Timur asing lainnya) diperintahkan untuk meninggalkan Makassar.

    Perubahan nama kedua kalinya terjadi ketika H.M. Daeng Patompo menjadi walikota Makassar. Perubahan ini didalihkan karena wilayah kota diperluas setelah memasukan bagian dari wilayah beberapa kabupaten, yaitu Kabupaten Gowa, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Pangkep. Perluasan wilayah itu tampaknya dipandang dapat membuka peluang bagi pengembangan kegiatan perdagangan di Makassar, sehingga pemerintah pusat mendorong walikota Makassar untuk menggantikan nama Makassar yang dikenal sebagai bandar niaga yang pemah menyandang keberhasilan yang tiada bandingnya dalam dalam kegiatan perdagangan maritim dalam sejarah Indonesia itu menjadi Ujungpandang.

    Sejarah mencatat bahwa sebelum perubahan nama pertama terjadi, Makassar adalah satu-satunya pelabuhan transito intemasional yang terpenting di wilayah Asia Tenggara. Anthony Reid berkesimpulan dari hasil studinya bahwa kemajuan perdagangan Makassar merupakan kisah keberhasilan yang tiada bandingnya dalam sejarah Indonesia. Ketenaran itu diredupkan oleh kebijakan Speelman, namun kemudian nama itu kembali dimatereikan ketika mulai dibuka kembali menjadi pelabuhan niaga bagi pedagang Cina. Pada waktu semakin maraknya kegiatan perdagangan pada abad ke-19, Makassar dijadikan salah satu pelabuhan bebas pada 1 Januari 1847. Kebijakan itu memberikan peluang Makassar tampil menjadi pelabuan saingan terpenting dari kemajuan Singapura, sehingga memaksa pedagang Inggeris dan Cina di Singapura mengalihkan kegiatan perdagangannya ke Makassar. Makassar tampil menjadi bandar niaga dunia terpenting. Oleh karena kemajuan dan keberhasilan Makassar itu dipandang tidak melapangkan Batavia, Semarang, dan Surabaya berkembang maka pemerintah kolonial membatalkan kedudukan itu pada1906.

    Pada era kemerdekaan, kota Makassar kembali mengalami perubahan nama menjadi Ujungpandang pada tahun 1972. Setelah 27 tahun kemudian kembali mengembankan nama Makassar. Mudah-mudahan nama Makassar yang berindikasi bagi kemajuan kegiatan perdagangan itu akan kembali bergema atas keinginan baik pemerintah untuk menjadikan kota pelabuhan ini bandar intemasional, yang bukan hanya diberikan peluang bagi kapal-kapal asing boleh mengunjungi pelabuhan ini, tetapi juga boleh melakukan kegiatan impor dan ekspor langsung dengan dunia perdagangan internasional dan menjadi pelabuhan transito intemasional, dengan demikian predikat nama Makassar yang tampak menunjukan pada kegiatan perdagangan dapat kembali meraih kegemilangannya.
Sekian artikel lintasan sejarah makassar oleh Prof. Edward L. Poelinggomang, yang membahas lintasan sejarah makassar terbentuknya bandar makassar, kemudian lintasan sejarah makassar bentukan spelman dan lintasan sejarah makassar 1847 sampai sekarang semoga bisa berguna dan bermanfaat untuk pembaca., Terima Kasih. Salam belajar dan tetap ikuti http://www.sistempengetahuansosial.com/
Lintasan Sejarah Makassar


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Sistempengetahuansosial Updated at: 4:00:00 PM

Cari di Google