JAWADWIPA Kedatangan Bangsa Hindu di Indonesia
Kali ini dalam sistem pengetahuan sosial, kita akan mempelajari tentang jawa dwipa dan kedatangan bangsa hindu di indonesia, dan membahas peranan indonesia dalam perniagaan khususnya di jawa dwipa oleh karena itu baca saja artikel kami tentang jawa dwipa dibawah ini. ,,selamat membaca,,
Seperti telah kita ketahui, perniagaan tukar-menukar barang antara desa-desa di Indonesia mula-mula tidak amat penting. Tetapi lambat-laun perniagaan itu meluas. Makin lama makin banyak orang menukarkan barang-barang yang berlebih-lebihan dengan barang-barang lainnya. Di Flores dan di Timor umpamanya banyak sekali kayu cendana. Di Jawa kayu cendana itu tidak ada. Tetapi disitu banyak padi, sedang penduduk Flores dan Timor susah sekali mendapat padi. Sebab itu kayu cendana lalu dibawa Jawa dan ditukarkan dengan padi. Dengan jalan demikian penduduk pulau-pulau Indonesia lainnya turut mengambil bagian dalam perniagaan. Maluku misalnya menghasilkan banyak rempah-rempah. Kalimantan menghasilkan kapur barus dan Lampung menghasilkan lada serta Sulawesi menghasilkan juga rempah-rempah.
Seperti telah kita ketahui, perniagaan tukar-menukar barang antara desa-desa di Indonesia mula-mula tidak amat penting. Tetapi lambat-laun perniagaan itu meluas. Makin lama makin banyak orang menukarkan barang-barang yang berlebih-lebihan dengan barang-barang lainnya. Di Flores dan di Timor umpamanya banyak sekali kayu cendana. Di Jawa kayu cendana itu tidak ada. Tetapi disitu banyak padi, sedang penduduk Flores dan Timor susah sekali mendapat padi. Sebab itu kayu cendana lalu dibawa Jawa dan ditukarkan dengan padi. Dengan jalan demikian penduduk pulau-pulau Indonesia lainnya turut mengambil bagian dalam perniagaan. Maluku misalnya menghasilkan banyak rempah-rempah. Kalimantan menghasilkan kapur barus dan Lampung menghasilkan lada serta Sulawesi menghasilkan juga rempah-rempah.
Setelah perniagaan di Indonesia menjadi maju dan teratur, negeri-negeri disekitarnya mulai menaruh perhatian terhadap Indonesia. Diberbagai daerah di Indonesia, misalnya di Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Kalimantan Timur, terdapat porselin Tiongkok yang tua sekali. Barang –barang porselin tadi dibawa orang ke situ kira-kira dalam tahun 100 Masehi. Jadi pada waktu itu sudah ada perniagaan antara Tiongkok dengan Indonesia. Dari sebuah naskah Tionghoa kuno kita ketahui juga, bahwa raja Tiongkok pada tahun 132 Masehi menerima bingkisan dari seorang raja Jawa Dwipa. Adapun Jawa Dwipa itu kata Sangsekerta, yaitu bahasa kuno yang dipakai India pada waktu itu. Artinya pulau padi. Inilah nama Jawa Dwipa di India yang dipakai untuk menyebut pulau Jawa. Dari India pun pada masa itu telah banyak kapal-kapal berlayar ke Jawa Dwipa dan ke pulau-pulau lainnya untuk berdagang. Mereka membawa bahan pakaian yang ditukarkan dengan rempah-rempah, kayu cendana atau kapur barus.
Pada masa itu saudagar-saudagar biasa ikut berlayar dengan kapalnya ke Jawa Dwipa. Kemudian apabila urusan dagang sudah selesai, mereka lalu berlayar kembali Meninggalkan Jawa Dwipa. Demikianlah kebiasaan bangsa Tionghoa berabad-abad lamanya mengenal Jawa Dwipa. Tetapi banyak pedagang-pedagang dari India yang segera mengubah kebiasaan tadi. Mereka menetap di bandar-bandar yang terpenting di Sumatera, Jawa Dwipa dan Kalimantan. Disitu mereka mengatur perniagaannya. Mereka mendirikan gudang-gudang tempat mengumpulkan rempah-rempah serta hasil bumi Indonesia lainnya, dan untuk menyimpan barang-barang persediaan yang didatangkan dari India. Demikianlah maka kapal-kapal mereka tak usah terlalu lama menunggu muatannya. Lain dari pada itu saudagar-saudagar yang tinggal di Jawa Dwipa dapat mengurus perniagaan di Indonesia dengan lebih rapi dari pada apabila mereka selalu berlayar pulang balik seperti kebiasaan Tionghoa.
Dengan jalan demikian, dalam abad-abad yang pertama setelah Masehi diberbagai tempat banyak bangsa India yang menetap di Indonesia 'Jawa Dwipa'. Orang-orang dari India itu kita sebut Hindu. Selangkah demi selangkah mereka banyak pengaruhnya kepada orang-orang Indonesia di sekitarnya. Pada waktu itu India sudah lebih maju dari pada desa-desa Indonesia yang bersahaja itu. Karena pergaulan sehari-hari dengan bangsa Hindu itu bangsa Indonesia mendapat banyak pengetahuan. Berhubung dengan itu bangsa Hindu dihormati oleh bangsa Indonesia. Diantara bangsa Hindu banyak yang kawin dengan orang perempuan Indonesia, bahkan ada juga yang memperisteri anak-anak raja di Jawa Dwipa. Diantara bangsa Hindu atau keturunannya, mereka kemudian ada juga yang menjadi raja. Pengaruh bangsa Hindu beserta kebudayaannya makin lama makin mendalam. Bahkan dalam cara berpakaian dan hiduppun bangsa Indonesia meniru mereka.
Raja-raja bangsa Indonesia yang bertambah besar kekuasaan serta kemuliaannya kemudian memakai nama Hindu, seperti sekarang banyak orang Indonesia memakai nama Arab. Kerajaan di Jawa Dwipa yang mendapat pengaruh bangsa Hindu yang sudah lebih maju itu, makin lama bertambah luas dan menjadi besar. Seorang dari raja-raja itu telah mengirimkan bingkisan kepada kaisar Tiongkok pada tahun 132, seperti yang telah kita baca dalam permulaan pelajaran ini. Daerah raja tersebut terletak di Jawa Dwipa, yaitu dipulau Jawa. Dilain daerah di Indonesia telah ada juga raja seperi raja di Jawa Dwipa, misalnya di Palembang. Dalam pelajaran-pelajaran yang berikut kita akan dapat membaca lebih lanjut tentang bangsa Hindu serta pengaruhnya di Jawa Dwipa.
Sekian artikel kami tentang jawa dwipa dan kedatangan bangsa hindu di indonesia. Selamat belajar dan tetap ikuti http://www.sistempengetahuansosial.com/
Sekian artikel kami tentang jawa dwipa dan kedatangan bangsa hindu di indonesia. Selamat belajar dan tetap ikuti http://www.sistempengetahuansosial.com/