Pentingnya Ekosistem Hutan Mangrove
Kali ini dalam sistem pengetahuan sosial, kita akan mempelajari ekosistem hutan mangrove, ekosistem padang lamun, dan terumbu karang. Semoga artikel ini dapat berguna dan bermanfaat untuk pembaca. Selamat menyimak ekosistem hutan mangrove di bawah ini.
Ekosistem Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropikal yang tumbuh sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Pada berbagai kondisi iklim mangrove dapat tumbuh mulai dari wilayah pantai sampai hingga areal yang paling sedikit curah hujannya sehingga pada daerah yang paling basah tidak memiliki bulan-bulan kemarau.
Ekosistem Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropikal yang tumbuh sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Pada berbagai kondisi iklim mangrove dapat tumbuh mulai dari wilayah pantai sampai hingga areal yang paling sedikit curah hujannya sehingga pada daerah yang paling basah tidak memiliki bulan-bulan kemarau.
Struktur dan Komposisi Ekosistem Hutan Mangrove
Vegetasi merupakan indikator yang baik bagi kondisi lahan lingkungan sebuah ekosistem. Pada dasarnya, secara makro vegetasi ekosistem hutan mangrove kurang bervariasi. Namun demikian, secara mikro komposisi jenis dan struktur vegetasi ekosistem hutan mangrove berbeda dari suatu lokasi ke lokasi lain.
Secara umum jenis-jenis penyusun ekosistem hutan mangrove antara lain Xylocarpus spp, Avicennia spp, Rhizophora spp, Bruguiera spp, Oncosperma, sp, Payena sp, Heritiera sp, Nipa sp, Ceriops spp, , Excaecaria sp Sonneratia spp.
Terdapat 20 jenis vegetasi di Sulawesi Selatan yang berasal dari 11 famili yang dapat dikategorikan sebagai penciri ekosistem hutan mangrove yaitu Rhizophora spp, Bruguiera spp, Ceriops tagal, Sonneratia spp, Avicennia spp, Xylocarpus spp, Lumnitzera spp, Nipa fructicans, Acanthus iliciofolius, Acrostichum aureum, Heritiera littoralis, Aegiceras corniculatum.
Vegetasi merupakan indikator yang baik bagi kondisi lahan lingkungan sebuah ekosistem. Pada dasarnya, secara makro vegetasi ekosistem hutan mangrove kurang bervariasi. Namun demikian, secara mikro komposisi jenis dan struktur vegetasi ekosistem hutan mangrove berbeda dari suatu lokasi ke lokasi lain.
Secara umum jenis-jenis penyusun ekosistem hutan mangrove antara lain Xylocarpus spp, Avicennia spp, Rhizophora spp, Bruguiera spp, Oncosperma, sp, Payena sp, Heritiera sp, Nipa sp, Ceriops spp, , Excaecaria sp Sonneratia spp.
Terdapat 20 jenis vegetasi di Sulawesi Selatan yang berasal dari 11 famili yang dapat dikategorikan sebagai penciri ekosistem hutan mangrove yaitu Rhizophora spp, Bruguiera spp, Ceriops tagal, Sonneratia spp, Avicennia spp, Xylocarpus spp, Lumnitzera spp, Nipa fructicans, Acanthus iliciofolius, Acrostichum aureum, Heritiera littoralis, Aegiceras corniculatum.
Zonasi Ekosistem Hutan Mangrove
Pembentukan zona-zona vegetasi yang berbeda-beda disebabkan oleh berbagai faktor sehingga berbeda pula di berbagai tempat. Faktor utama yang menjadi dasar utama pembentukan zona-zona ini adalah salinitas (kadar garam), daya tahan, kondisi perkecambahan dan pertumbuhan semai, frekuensi genangan dalam satu bulan, dan jenis tanah terhadap ombak. tiga tipe ekosistem hutan mangrove yang dapat dikenal untuk Sulawesi Selatan sbb :
- Mangove pantai, merupakan formasi dimana air laut lebih dominan dari pengaruh air sungai (tawar). Struktur horizontal formasi ini dari arah laut ke darat adalah Pioner Sonneratia Alba diikuti secara suksesif oleh komunitas campuran Sonneratia Alba – Avicennia spp, Rhizophora apiculata – Avicennia Alba, komunitas murni Rhizophora apiculata – Avicennia alba.
- Mangrove muara, merupakan formasi dimana pengaruh air laut sama kuat dengan pengaruh air sungai. Umumnya pada lokasi ini hutan mencapai puncak perkembangannya. Pepohonan tumbuh lebih rapat dan lebih besar / tinggi, dan kehadiran Sonneratia alba semakin berkurang. Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora mucronata di tepian alur, yang diikuti langsung oleh komunitas murni Rhizophora apiculata. Formasi yang dibelakang komunitas ini sama yang ditemui pada ekosistem hutan mangrove pantai.
- Mangrove sungai, merupakan formasi dimana pengaruh air sungai lebih dominan dari air latu dan berkembang di tepian sungai yang reltif jauh dari muara. Pada gosong-gosong sungai berkembang komunitas pioner Sonneratia casolaris. Komunitas Nipa fruticans tanpa ditemukannya komunitas Rhizophora spp, Komunitas ini adakalanya langsung dijumpai.
- Tanah
- Salinitas (kadar garam)
- Pasang surut air laut
- Iklim
Peranan Ekosistem Hutan Mangrove
merupakan suatu ekosistem yang unik Hutan mangrove dengan fungsi yang bermacam-macamnya yaitu:
Fungsi fisik meliputi:
merupakan suatu ekosistem yang unik Hutan mangrove dengan fungsi yang bermacam-macamnya yaitu:
Fungsi fisik meliputi:
- Menjaga garis pantai agar tetap stabil.
- Melindungi pantai dan tebing sungai.
- Melindungi pantai dari erosi laut (abrasi).
- Menjadi wilayah penyangga terhadap pembebasan air laut (intrusi).
- Sebagai tempat pembenihan ikan, kerang, udang, kepiting dan jenis ikan lainnya.
- Tempat bersarang burung
- Menjadi habitat alami bagi berbagai jenis biota
- Sebagai mata rantai yang menghubungkan kehidupan ekosistem lautan dengan ekosistem daratan
- Sebagai sumber bahan bakar (arang dan kayu bakar)
- Bahan bangunan (tikar, balok dan atap rumah)
- Perikanan (tambak)
- Tekstil (serat sintetis)
- Bahan mentah/baku industri kertas dlll
Silvikultur Ekosistem Hutan Mangrove
Beberapa sistem silvikultur yang dapat diterapkan di ekosistem hutan mangrove pada dasarnya meliputi empat sistem meliputi:
Beberapa sistem silvikultur yang dapat diterapkan di ekosistem hutan mangrove pada dasarnya meliputi empat sistem meliputi:
- Sistem Trubusan (Coppice System)
- Sistem Keliling Batang (Limit Omtrek)
- Sistem Tebang Panaung (Shalterwood System)
- Sistem Tebang Habis (Clear Felling)
Penyebaran dan Luas Ekosistem Hutan Mangrove di Indonesia
Tidak seluruh pantai di Indonesia di tumbuhi oleh hutan mangrove. Demikian pula lebar jalur hijau ekosistem hutan mangrove tidak sama di semua tempat indonesia. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekosistem hutan mangrove ditempat-tempat tersebut berbeda. Pantai yang mempunyai sifat-sifat yaitu air tenang, lerang endapan, endapan lumpur dan air payau tidak lebih dari 0,25 – 0,50 % ialah Wilayah yang baik untuk ditumbuhi hutan mangrove.
Menururt Darsidi (1986), luas ekosistem hutan mangrove di Indonesia meliputi 4.251.011 ha. Di Irian Jaya merupakan wilayah ekosistem hutan mangrove terluas di Indonesia yaitu (2.943.000 ha), terutama di pantai selatan disusul oleh Sumatera (667.335 ha) terutama di pantai Timur, Kalimantan (383.450 ha), (100.000 ha) di pantai Barat, Timur, dan Selatan Maluku, Sulawesi (99.833 ha), Jawa (49.943 ha), kemudian Bali dan (7.458 ha) di Nusa Tenggara.
Tidak seluruh pantai di Indonesia di tumbuhi oleh hutan mangrove. Demikian pula lebar jalur hijau ekosistem hutan mangrove tidak sama di semua tempat indonesia. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekosistem hutan mangrove ditempat-tempat tersebut berbeda. Pantai yang mempunyai sifat-sifat yaitu air tenang, lerang endapan, endapan lumpur dan air payau tidak lebih dari 0,25 – 0,50 % ialah Wilayah yang baik untuk ditumbuhi hutan mangrove.
Menururt Darsidi (1986), luas ekosistem hutan mangrove di Indonesia meliputi 4.251.011 ha. Di Irian Jaya merupakan wilayah ekosistem hutan mangrove terluas di Indonesia yaitu (2.943.000 ha), terutama di pantai selatan disusul oleh Sumatera (667.335 ha) terutama di pantai Timur, Kalimantan (383.450 ha), (100.000 ha) di pantai Barat, Timur, dan Selatan Maluku, Sulawesi (99.833 ha), Jawa (49.943 ha), kemudian Bali dan (7.458 ha) di Nusa Tenggara.
Ekosistem Lamun
Padang lamun (seagrass meadow) adalah kelompok tumbuhan yang hidup dan telah beradaptasi penuh untuk hidup di lingkungan air laut. Alang-alang laut yang disebut juga eel grass, atau Lamun dengan sebutan lain rumput laut (seagrass).
- Tumbuhan ini memerlukan syarat-syarat pertumbuhan Untuk dapat hidup di air laut sebagai berikut:
- Mempunyai kemampuan hidup dalam media saline (air asin)
- Berfungsi normal walaupun tenggelam dalam air
- Sistem organ pengikat (akar) tumbuh dengan baik
- Berkemampuan untuk hidup satu siklus generatif dalam air
- Berkemampuan untuk bersaing dengan organisme lain pada kondisi lebih kurang stabil dalam air laut.
Fungsi Komunitas Lamun
Di dalam komunitas padang lamun diketahui mempunyai beberapa fungsi, antra lain sebagai berikut:
Di dalam komunitas padang lamun diketahui mempunyai beberapa fungsi, antra lain sebagai berikut:
- Stabilitas substrak bentik/perairan, dengan sistem sistem perakaran yang sangat rapat dan pertumbuhan yang padat maka pertumbuhan lamun ini dapat menjadi stabilitas dasar perairan dimana lamun ini tumbuh.
- Sumber makanan, lamun dapat menjadi sumber makanan untuk beberapa jenis hewan invertebrata misalnya sewa urchin (bulu babi/enchinoidea).
- Daerah perlindungan dan daerah asuhan, komunitas padang lamun dapat merupakan daerah perlindungan unutk beberapa juvenile biota laut. Udang dan Ikan melewati sebagian daur hidupnya di dalam komunitas padang lamun.
- Akumulasi materi air laut dalam lamun. Lamun dapat menyerap logam berat yang berasal dari air laut akan tetapi tidak terlalu banyak data yang diperoleh untuk proses penyerapan tersebut.
Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat kompleks yang dijumpai hanya di daerah tropis. Dalam ekosistem terumbu karang, karang batu yang memegang peranan yang menonjol karena karang batu merupakan komponen utama penyusun terumbu karang tersebut, disamping alga berkapur, alga yang banyak mengandung kalsium karbonat dan beberapa hewan invertebrata lainnya.
Sebagai fungsi alami, terumbu karang mempunyai peran sebagai berikut:
Sebagai fungsi alami, terumbu karang mempunyai peran sebagai berikut:
- Lingkungan hidup
- Sebagai pelindung fisik pantai pulaunya
- Sebagai sumber daya hayati
- Sebagai sumber keindahan
- Sumber daya perikanan
- Daerah rekreasi
- Sebagai sumber tambang kapur
- Sedimentasi (kegiatan pengeboran, erosi di gunung, pengerukan daerah dangkal)
- Bahan polutan yang dapat menimbulkan eutrofikasi
- Tumpahan minyak, penggunaan deterjen
- Air panas hasil pendinginan mesin industri besar
- Penangakapan ikan menggunakan bahan peledak
- Zat kimia (bius)
- Jangkar perahu/motor
Demikian artikel tentang ekosistem hutan mangrove. Terima kasih, selamat belajar dan tetap ikuti kami di http://www.sistempengetahuansosial.com/


